ANALIS
VEGETASI
A.
Pengertian
Analisis Vegetasi
Analisis
komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau
struktur vegetasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah
untuk menetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah
yang di pelajari.Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi
mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas
tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah
individu lanjut dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu itu
menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies suatu spesies dapat memengaruhi fungsi suatu
komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh
pada stabilitas komunitas.
Struktur
komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian,
dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif
dengan parameter kualitatif atau secara kualitatif dengan parameter
kuantitatif.
B.
Metode analisis vegetasi
Secara
garis besar metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu metode destruktif dan metode non-destruktif.
1. Metode
destruktif
Metode ini
dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang terkandung atau dapat
dihasilkan oleh suatu vegetasi, variabel yang dipakai bisa berupa produktivitas
primer maupun biomasa. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk-bentuk
vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter
persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar
materi hidup atau berat keringnya.
Metode
ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput terbuka
dikaitkan dengan usaha pencarian lahan pengembalaan dan sekaligus menentukan
kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara
floristika yang didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2. Metode
non-destruktif
Metode
ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yang berdasarkan penelaahan
vegetasi tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan
non-floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan vegetasi
secara taksonomi, atau pendekatan floristika.
a. Metode
non-destruktif, non-floristika
Pada metode ini
pembagian dunia vegetasi secara taksonomi sama sekali diabaikan, tetapi dengan
adanya pengklasifikasian tersendiri dengan dasar-dasar tertentu seperti:
tumbuhan tinggi, lumut daun, lumut kerak, alga dan jamur,
b. Metode
non-destruktif, floristika
Metode ini dapat menentukan
kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi.
Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk vegetasi
tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis vegetasi secara
taksonomi adalah mutlak di perlukan (Ardhana, 2012: 350-351).
B. Langkah Kerja Analisis Vegetasi
Secara umum langkah kerja
Analisis Vegetasi untuk menguraikan komunitas tumbuhan dibagi atas 2 tahap,
yaitu:
1. Analisis
Karakter (Analytical Characters)
Analisis karakter terdiri
atas:
a.
Analisis kuantitatif, memberikan data komunitas
yang berkenaan dengan jumlah dan ukuran komunitas. Pada analisis kuantitatif
ada 3 parameter penting yang diukir dari satu komunitas:
1.
Kekerapan (frekuensi), berkenaan dengan
keseragaman/keteraturan sebaran dari suatu tumpukan dalam suatu komunitas.
Kekerapan digambarkan dengan persentase kehadiran jenis tersebut dalam
petak-petak contoh (plot).
Frekuensi
= Jumlah petak contoh yang ditempati
suatu jenis
Jumlah semua petak yang
dibuat
FR = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis X
100%
Total
frekuensi seluruh jenis
2.
Kerapatan (densitas), merupakan jumlah individu
suatu jenis yang terdapat dalam suatu area contoh.
Densitas =
Jumlah individu suatu jenis
Luas area sampel
Densitas Relatif = Jumlah individu suatu jenis X 100%
Total densitas
seluruh jenis
3.
Dominansi, merupakan luas tutupan atau
penguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap bidang dasar pada suatu komunitas.
Dominansi dapat diukur dengan:
a.
Cover (kelindungan atau tutupan tajuk)
Dominansi = luas cover suatu jenis
Luas
area sampel
b.
Basal area, luas area dekat permukaan tanah yang
dikuasai suatu jenis tumbuhan.
Dominansi = luas basal area suatu jenis X 100%
Total dominansi seluruh
jenis
2. Sintesis
Karakter
Sintesis karakter dipakai untuk membedakan antara bebagai komunitas. Namun
diantara parameter itu bila dikombinasikan menampilkan corak yang lebih berguna
untuk perumpunan.
D. Parameter Kualitatif Dalam Analisis Komunitas Tumbuhan
Untuk
kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif, hal
ini sesuai dengan sifat komunitas tumbuhan itu sendiribahwa ia memiliki sifat
kualitatif dan sifat kuantitatif. Beberapa parameter kualitatif komunitas
tumbuhan antara lain: fisiognami, fenologi, stratifikasi, kelimpahan,
penyebaran, daya hidup, bentuk pertumbuhan dan periodisitas.
a)
Parameter kualitatif
1.Fisiognomi
Fisiognomi
adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat dideskripsikan
berdasarka kepada penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan tinggi
tumbuhan dan warna tumbuhan yang tampak oleh mata.
2.
Fenologi
Fenologi
adalah perwujudan spesies pada setiap fase dalam siklus hidupnya. Bentuk dari
tetumbuhan berubah-ubah sesuai dengan umurnya, sehingga spesies yang sama
dengan tigkat umur yang berbeda akan membentuk struktur komunitas yang berbeda.
Demikian juga spesies yang berbeda pasti memiliki fenologi yang berbeda,
sehingga keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas tumbuhan akan menentukan
struktur komunitas tersebut.
3.
Periodisitas
Periodesitas
adalah kejadian musiman dari berbagai proses dalam kehidupan tumbuhan. Kejadian
musiman pada tumbuhan dapat ditunjukkan oleh perwujudan bentuk daun, ukuran
daun, masa pembungaan, masa bertunas dan peluruhan buah atau biji.
4. Statifikasi
Statifikasi
adalah distribusi tetumbuhan dalam ruang vertikal. Semua spesies tetumbuhan
dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara vertikal tidak menempati
ruang yang sama.sratifikasi tetumbuhan dibagian atas tanah berhubungan dengan
sifat spesies tumbuhan untuk memanfaatkan radiasi matahari yang diterima, dan
memanfaatkan ruangan menurut keperluan yang berbeda-beda.
5.
kelimpahan
Kelimpahan
adalah parameter kualitatif yang mencermikan distribusi relatif spesies
organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya berhubungaan dengan densitas
berdasarkan penaksiran kualitatif: menurut penaksiran kualitatif, kelimpaha
dapat dikelompokkan menjadi lima:
a. sangat
jarang,
b. kadang-kadang
atau jarang,
c. sering
atu tidak banyak,
d. banyak
atau berlimpah-limpah,
e. sangat
banyak atau berlimpah-limpah.
6.
Penyebaran
Penyebara
adalah arameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organisme pada
ruang secara horizontal. Penyebara itu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
random, seragam dan berkelompok.
7.
Daya hidup
Daya
hidup atau vitalitas adalah tingkat keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan
tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi. Daya hidup akan menentukan
setiap spesies organisme untuk memelihara kedudukannya dalam
komunitas. Daya hidup juga sangat membantu meningkatkan kemampuas setiap
spesies tumbuhan dalam beradaptasi terhadap kondisi tempat tumbuhnya.
Dayatumbuh tumbuhan antara lain:
a.
V1 :
tetumbuhan yang berkecambah, tetapi
segera mati.
b.
V2 :
tetumbuhan yang dapat hidup setelah berkecambah, teapi tidak dapat
bereproduksi.
c.
V3 :
tetumbuhan sedang bereproduksi, tetapi hanya secara vegetatif saja.
d.
V4 :
tetumbuhan sedang bereproduksi secara seksual, tetapi sangat kurang
e.
V5 :
tetrumbuhan sedang bereproduksi sangat baik secar seksual (Indrianto, 2012:
139-141).
b)
Parameter Kuantitatif
1.
Densitas
Densitas
adalah jumlah individu per unit luas atau perunit volume. Dengan kata lain,
densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang. Istilah lain yang mempunyai
arti sama dengan densitas dan sering
digunakan yaitu kerapatan diberi notasi K
K=
Dengan
demikian, densitas spesie ke-i d dapat dihitung sebagai K-i, dan densitas
relatif setiap ke-i terhadap kerapatan total dapat ditung sebagai KR-i
K-i
=
KR-i
= x 100%
2.
Frekuensi
Frekuensi
digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu
spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu
spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Frekuensi merupakan besarnya keberadaan organisme pada komunitas atau
ekosistem. Semakin banyak spesies tertentu ditemukan dalam petak petak contoh
berarti semakin besar frekuensi tumbuhan tersebut.
Untuk
kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies
(F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i)
(F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i)
F
=
F-i
=
3.
Luas penutupan
Luas
penutupan (coverage) adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh
spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan dapat dinbyatakan
dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang datar.
Untuk
kepentingan analisis komunitas tumbuhan, luas penutupan spesies (C), lua
spenutupan spesies ke-i (C-i) dan luas penutupan relatif spesies ke-i (CR-i)
dapat dihitung dengan rumus:
a)
Jika berdasarkan luas penutupan tajuk,
maka:
C
=
C-i
=
b)
Jika berdasarkan luas basal area atau
luas bidang dasa, maka:
C
=
C-
i =
CR-i
= x 100%
4.
Indeks
nilai penting
Indeks nilai penting (importance value index) adalah
parameter kuantitatif yanf dapat dipakai untuk menyatakan tinkat dominansi
(tingkat penguasaan) spesies-spesie dalam suatu komunitas tumbuhan.
Spesies-spesie yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhann akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga
spesies yang dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang besar.Indeks
nilai penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:
INP
= KR + FR + CR
INP-i
= KR-i + FR-i + CR-i
5.
Summed dominance ratio
Summed
dominance ratio (perbandingan nilai penting) adalah parameter yang identik
dengan indeks nilai penting/ Oleh karenba itu SDR juga dipakai untuk menyatakan
tingkat dominansi spesie-spesies dalam suatu klomunitas tumbuhan.Spesies-spesie
yang dominan dalam sutu komunitas akan memiliki SDR yang tinggi, sehingg spesies yang dominan tentu saja akan memiki
SDR yang paling besar. Summed dominance ratio menjadi parameter yang lebih
sederhana karena besaran tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai indeks
nilai penting dengan jumlah parameter
yang menyusunnya.
SDR
=
6.
Indeks dominal
Indeks
dominansi (index of dominance)b adalah parameter yang menyatakan tingkat
bterpusatnya dominansi dalam suatu komunitas. Penguasaan atau dominansi dalam
suatu kiomunitas bisa terpusat pada suatu spesies, beberapa spesies atau banyak
spesies yang dapt diprakirakan dari tinggi rendahnya indeks dominansi (ID).
ID = 2
Keterangan:
ID
= indeks dominansi
n.i
= nilai penting tiap spesies ke-i
N
= total nilai penting
Apabila
nilai ID tinggi, maka dminansi terpusat paa sutu spesies. Tetapi apabila niali
ID rendah , maka dominansi terpuysat pada beberapa spesies.
7.
Indeks keanekaragaman
Keanekaragaman
spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya.
Keanekaragaman spesies apat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas.
Keanekaragaman spesies juga dapat digunakan unutk mengukur stabilitas
komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun ada gangguan terhafap komponen-komponennya. Keanekaragaman spesies
yang tinggi menunjukkna bahwa sutu komunitas memiliki kompleksitas tinggi
karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.
Suatu
komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas
itu disusun olh banyak spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki
keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit
spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan,
Untuk
memprakirakankeanekaragaman spesies ada beberapa indeks keanekaragaman yang
dapat dipilih untuk dipakai dalam komunitas, anatara lain sebagai berikut:
a) Indeks
Shannon atau Shannon index of general diversity (H)
H = - ∑{n.i/N) log
(n.i/N)
Keterangan:
H = indeks Shannon=
indeks keanekaragaman Shannon
n.i = nilai penting
dari tiapa spesies
N = total nilai penting
b) Indeks
Margalef (d)
d =
Keterangan:
d = indeks Margalef=
indeks keanekaragaman Margelef
N =jumlah individu
c) Indeks
Simpson of diversity
D = I - ∑ (P-i)2
Keterangan:
D=indeks Simpson=indeks
kenekaragaman Shimpson
P-i= proporsi spesies
ke-i dalam komunitas
S= jumlah spesies (Ghufran, 2012: 225-226).
8.
Indeks kesamaan
Indeks
kesamaan (index of similarity)/IS kadang-kadang diperlukan untuk mengetahui
tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara bebera[pa uynit sampling, atau
antara beberapa komunitas yabg dipelajari dan dibandingkan komposisi dan
struktur komunitasnya. Oleh karena itu, besar kecinya indeks kesamaan tersebut
nmenggambarkan tingkat kesamaan komposisi spesies dan struktur dari dua
komunitas atau tegakan, atau unit sampling yang dibvandingkan.
Untuk
mengetahui besarnya indeks kesamaan
dapat di pergunakan rumus sebagai berikut:
IS =
Keterangan:
IS=
indeks kesamaan
C=
jumlah spesies yang sama dan terdapat pada kedua komunitas
A=
jumlah spesies didalam komunbitsa A
B=
jumlah spesies didalam komunitas B
Indeks
kesamaan juga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
IS =
Keterangan:
IS
= indeks kesamaan
W
= jumlah dari nilai penting yang lebih kecil atau sama dari dua spesies
berpasangan, yang ditemukan pada dua komunitas
a
= total nilai penting dari komunitas A, atau tegakan A, atau unit sampling A
b
= total nilai penting dari komunitas B, atau tegakan B, atau unit sampling BS
9.
Homogenitas siatu komunitas
Homogen
tidaknya suatu komunitas tumbuhan dapat ditentukan dengan menggunakan “hukum
frekuensi” (laws of frequency). Frekuensi dapat menunjukkan homogenitas dan
poenyebaran dari individu spesies-spesies dalam komunitas. Untuk mengetahui
homogenitas suatu komunitas, nilai
frekuensi tiap spesies dikelompokkan kedalam lima kelas sebagai berikut:
a. Kelas
A, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 1-20%
b. Kelas
B, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 21-40%
c. Kelas
C, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 41-60%
d. Kelas
D, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 61-80%
e. Kelas
E, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensib 81-100%
Berdasarka
Hukum Frekuensi Raunkiaer dapat diambil kesimpulan sebagi berikut:
a. Jika
A > B > C > = < D < E, maka spesies-spesies yang menyusun
komunitas tumbuhan berdistribusi normal.
b. Jika
E > D, sedangkan A,B dan C rendah, maka kondisi komunitas tumbuhan homogen.
c. Jika
E < D sedangkan A,B,C rendah, maka
kondisi komunitas tumbuhan terganggu.
d. Jika
B,C dan D tinggi, maka kondisi komunitas tumbhan heterogen (Indrianto,2012:
141-148)
DAFTAR
PUSTAKA
Ghufran
dan Kordi. 2012. Ekosistem Mangrove.
Jakarta : Rineka Cipta.
Ardhana,
I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan.
Denpasar: Udhayana University Press.
Indriyanto.
2012. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Fitrianiika192@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar