Rabu, 16 Maret 2016

analisis vegetasi


ANALIS VEGETASI

A.    Pengertian Analisis Vegetasi
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari  susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk menetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang di pelajari.Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu lanjut dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies  suatu spesies dapat memengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada  keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kualitatif dengan parameter kuantitatif.
B. Metode analisis vegetasi
Secara garis besar metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu metode destruktif dan metode non-destruktif.
1.      Metode destruktif
Metode ini dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang terkandung atau dapat dihasilkan oleh suatu vegetasi, variabel yang dipakai bisa berupa produktivitas primer maupun biomasa. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk-bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya.
Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput terbuka dikaitkan dengan usaha pencarian lahan pengembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika yang didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

2.      Metode non-destruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yang berdasarkan penelaahan vegetasi tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan non-floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan vegetasi secara taksonomi, atau pendekatan floristika.
a.       Metode non-destruktif, non-floristika
Pada metode ini pembagian dunia vegetasi secara taksonomi sama sekali diabaikan, tetapi dengan adanya pengklasifikasian tersendiri dengan dasar-dasar tertentu seperti: tumbuhan tinggi, lumut daun, lumut kerak, alga dan jamur,
b.      Metode non-destruktif,  floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk vegetasi tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis vegetasi secara taksonomi adalah mutlak di perlukan (Ardhana, 2012:  350-351).
B.     Langkah Kerja Analisis Vegetasi

Secara umum langkah kerja Analisis Vegetasi untuk menguraikan komunitas tumbuhan dibagi atas 2 tahap, yaitu:

1.      Analisis Karakter (Analytical Characters)

Analisis karakter terdiri atas:
a.       Analisis kuantitatif, memberikan data komunitas yang berkenaan dengan jumlah dan ukuran komunitas. Pada analisis kuantitatif ada 3 parameter penting yang diukir dari satu komunitas:
1.      Kekerapan (frekuensi), berkenaan dengan keseragaman/keteraturan sebaran dari suatu tumpukan dalam suatu komunitas. Kekerapan digambarkan dengan persentase kehadiran jenis tersebut dalam petak-petak contoh (plot).

Frekuensi =  Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis      
                    Jumlah semua petak yang dibuat

FR = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis   X 100%
Total frekuensi seluruh jenis

2.      Kerapatan (densitas), merupakan jumlah individu suatu jenis yang terdapat dalam suatu area contoh.

Densitas =  Jumlah individu suatu jenis  
                         Luas area sampel
                                                                            
Densitas Relatif =  Jumlah individu suatu jenis  X 100%
                                Total densitas seluruh jenis

3.      Dominansi, merupakan luas tutupan atau penguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap bidang dasar pada suatu komunitas. Dominansi dapat diukur dengan:
a.       Cover (kelindungan atau tutupan tajuk)
Dominansi = luas cover suatu jenis
                               Luas area sampel

b.      Basal area, luas area dekat permukaan tanah yang dikuasai suatu jenis tumbuhan.
Dominansi = luas basal area suatu jenis   X 100%
                   Total dominansi seluruh jenis

2.      Sintesis Karakter
Sintesis karakter dipakai untuk membedakan antara bebagai komunitas. Namun diantara parameter itu bila dikombinasikan menampilkan corak yang lebih berguna untuk perumpunan.

D. Parameter  Kualitatif Dalam Analisis Komunitas Tumbuhan
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif, hal ini sesuai dengan sifat komunitas tumbuhan itu sendiribahwa ia memiliki sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan antara lain: fisiognami, fenologi, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya hidup, bentuk pertumbuhan dan periodisitas.
a) Parameter kualitatif
1.Fisiognomi
Fisiognomi adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat dideskripsikan berdasarka kepada penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan tinggi tumbuhan dan warna tumbuhan yang tampak oleh mata.
2. Fenologi
Fenologi adalah perwujudan spesies pada setiap fase dalam siklus hidupnya. Bentuk dari tetumbuhan berubah-ubah sesuai dengan umurnya, sehingga spesies yang sama dengan tigkat umur yang berbeda akan membentuk struktur komunitas yang berbeda. Demikian juga spesies yang berbeda pasti memiliki fenologi yang berbeda, sehingga keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas tumbuhan akan menentukan struktur komunitas tersebut.
3. Periodisitas
Periodesitas adalah kejadian musiman dari berbagai proses dalam kehidupan tumbuhan. Kejadian musiman pada tumbuhan dapat ditunjukkan oleh perwujudan bentuk daun, ukuran daun, masa pembungaan, masa bertunas dan peluruhan buah atau biji.
4.  Statifikasi
Statifikasi adalah distribusi tetumbuhan dalam ruang vertikal. Semua spesies tetumbuhan dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara vertikal tidak menempati ruang yang sama.sratifikasi tetumbuhan dibagian atas tanah berhubungan dengan sifat spesies tumbuhan untuk memanfaatkan radiasi matahari yang diterima, dan memanfaatkan ruangan menurut keperluan yang berbeda-beda. 
5. kelimpahan
Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencermikan distribusi relatif spesies organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya berhubungaan dengan densitas berdasarkan penaksiran kualitatif: menurut penaksiran kualitatif, kelimpaha dapat dikelompokkan menjadi lima:
a.       sangat jarang,
b.      kadang-kadang atau jarang,
c.       sering atu tidak banyak,
d.      banyak atau berlimpah-limpah,
e.       sangat banyak atau berlimpah-limpah.
6. Penyebaran
Penyebara adalah arameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal. Penyebara itu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu random, seragam dan berkelompok.
7. Daya  hidup
Daya hidup atau vitalitas adalah tingkat keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi. Daya hidup akan menentukan setiap  spesies  organisme untuk memelihara kedudukannya dalam komunitas. Daya hidup juga sangat membantu meningkatkan kemampuas setiap spesies tumbuhan dalam beradaptasi terhadap kondisi tempat tumbuhnya. Dayatumbuh tumbuhan antara lain:
a.       V1       : tetumbuhan yang  berkecambah, tetapi segera mati.
b.      V2       : tetumbuhan yang dapat hidup setelah berkecambah, teapi tidak dapat bereproduksi.
c.       V3       : tetumbuhan sedang bereproduksi, tetapi hanya secara vegetatif saja.
d.      V4       : tetumbuhan sedang bereproduksi secara seksual, tetapi sangat kurang
e.       V5       : tetrumbuhan sedang bereproduksi sangat baik secar seksual (Indrianto, 2012: 139-141).

b) Parameter Kuantitatif
1.      Densitas
Densitas adalah jumlah individu per unit luas atau perunit volume. Dengan kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per  satuan ruang. Istilah lain yang mempunyai arti sama dengan densitas  dan sering digunakan yaitu kerapatan diberi notasi K
K=
Dengan demikian, densitas spesie ke-i d dapat dihitung sebagai K-i, dan densitas relatif setiap ke-i terhadap kerapatan total dapat ditung sebagai KR-i
K-i =

KR-i =  x 100%


2.      Frekuensi
Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.  Frekuensi tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat.  Frekuensi merupakan besarnya keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Semakin banyak spesies tertentu ditemukan dalam petak petak contoh berarti  semakin besar  frekuensi tumbuhan tersebut.
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies
(F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i)

F =  

F-i =

3.      Luas penutupan
Luas penutupan (coverage) adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan  dengan luas total  habitat. Luas penutupan dapat dinbyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang datar.
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, luas penutupan spesies (C), lua spenutupan spesies ke-i (C-i) dan luas penutupan relatif spesies ke-i (CR-i) dapat dihitung dengan rumus:
a)      Jika berdasarkan luas penutupan tajuk, maka:
C =

C-i =
b)      Jika berdasarkan luas basal area atau luas bidang dasa, maka:
C =
C- i = 
CR-i =  x 100%

4.      Indeks  nilai penting
Indeks  nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yanf dapat dipakai untuk menyatakan tinkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesie dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies-spesie yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhann akan memiliki  indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang besar.Indeks nilai penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:
INP = KR + FR + CR
INP-i = KR-i + FR-i + CR-i

5.      Summed dominance ratio
Summed dominance ratio (perbandingan nilai penting) adalah parameter yang identik dengan indeks nilai penting/ Oleh karenba itu SDR juga dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesie-spesies dalam suatu klomunitas tumbuhan.Spesies-spesie yang dominan dalam sutu komunitas akan memiliki SDR  yang tinggi, sehingg  spesies yang dominan tentu saja akan memiki SDR yang paling besar. Summed dominance ratio menjadi parameter yang lebih sederhana karena besaran tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai indeks nilai penting  dengan jumlah parameter yang menyusunnya.
SDR = 
6.      Indeks dominal
Indeks dominansi (index of dominance)b adalah parameter yang menyatakan tingkat bterpusatnya dominansi dalam suatu komunitas. Penguasaan atau dominansi dalam suatu kiomunitas bisa terpusat pada suatu spesies, beberapa spesies atau banyak spesies yang dapt diprakirakan dari tinggi rendahnya indeks dominansi (ID).
ID = 2

Keterangan:
ID = indeks dominansi
n.i = nilai penting tiap spesies ke-i
N = total nilai penting
Apabila nilai ID tinggi, maka dminansi terpusat paa sutu spesies. Tetapi apabila niali ID rendah , maka dominansi terpuysat pada beberapa spesies.

7.      Indeks keanekaragaman
Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies apat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies juga dapat digunakan unutk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhafap komponen-komponennya. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkna bahwa sutu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.
Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun olh banyak spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan,
Untuk memprakirakankeanekaragaman spesies ada beberapa indeks keanekaragaman yang dapat dipilih untuk dipakai dalam komunitas, anatara lain sebagai berikut:
a)      Indeks Shannon atau Shannon index of general diversity (H)
H = - ∑{n.i/N) log (n.i/N)
Keterangan:
H = indeks Shannon= indeks keanekaragaman Shannon
n.i = nilai penting dari tiapa spesies
N = total nilai penting
b)      Indeks Margalef (d)
d =
Keterangan:
d = indeks Margalef= indeks keanekaragaman Margelef
N =jumlah individu
c)      Indeks Simpson of diversity
D = I - ∑ (P-i)2
Keterangan:
D=indeks Simpson=indeks kenekaragaman Shimpson
P-i= proporsi spesies ke-i dalam komunitas
S= jumlah spesies  (Ghufran, 2012: 225-226).
8.      Indeks kesamaan
Indeks kesamaan (index of similarity)/IS kadang-kadang diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara bebera[pa uynit sampling, atau antara beberapa komunitas yabg dipelajari dan dibandingkan komposisi dan struktur komunitasnya. Oleh karena itu, besar kecinya indeks kesamaan tersebut nmenggambarkan tingkat kesamaan komposisi spesies dan struktur dari dua komunitas atau tegakan, atau unit sampling yang dibvandingkan.
Untuk mengetahui  besarnya indeks kesamaan dapat di pergunakan rumus sebagai berikut:
IS =
Keterangan:
IS= indeks kesamaan
C= jumlah spesies yang sama dan terdapat pada kedua komunitas
A= jumlah spesies didalam komunbitsa A
B= jumlah spesies didalam komunitas B
Indeks kesamaan juga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
IS =

Keterangan:
IS = indeks kesamaan
W = jumlah dari nilai penting yang lebih kecil atau sama dari dua spesies berpasangan, yang ditemukan pada dua komunitas
a = total nilai penting dari komunitas A, atau tegakan A, atau unit sampling A
b = total nilai penting dari komunitas B, atau tegakan B, atau unit sampling BS
9.      Homogenitas siatu komunitas
Homogen tidaknya suatu komunitas tumbuhan dapat ditentukan dengan menggunakan “hukum frekuensi” (laws of frequency). Frekuensi dapat menunjukkan homogenitas dan poenyebaran dari individu spesies-spesies dalam komunitas. Untuk mengetahui homogenitas  suatu komunitas, nilai frekuensi tiap spesies dikelompokkan kedalam lima kelas sebagai berikut:
a.       Kelas A, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi  1-20%
b.      Kelas B, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi  21-40%
c.       Kelas C, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi  41-60%
d.      Kelas D, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi  61-80%
e.       Kelas E, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensib 81-100%
Berdasarka Hukum Frekuensi Raunkiaer dapat diambil kesimpulan sebagi berikut:
a.       Jika A > B > C > = < D < E, maka spesies-spesies yang menyusun komunitas tumbuhan berdistribusi normal.
b.      Jika E > D, sedangkan A,B dan C rendah, maka kondisi komunitas tumbuhan homogen.
c.       Jika E < D sedangkan A,B,C  rendah, maka kondisi komunitas tumbuhan terganggu.
d.      Jika B,C dan D tinggi, maka kondisi komunitas tumbhan heterogen (Indrianto,2012: 141-148)




DAFTAR PUSTAKA
Ghufran dan Kordi. 2012. Ekosistem Mangrove. Jakarta : Rineka Cipta.
Ardhana, I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Denpasar: Udhayana University Press.
Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fitrianiika192@gmail.com

Tidak ada komentar:

  CELOTEH PARA GURU SMK NEGERI 2 RUPAT Senin, 19 Februari 2024                     "Guru yang baik adalah mereka yang tidak pernah berh...